<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d4909163925600774906\x26blogName\x3d::+ada+Ri@Ni+::\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLACK\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://adariani.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3dnl_NL\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://adariani.blogspot.com/\x26vt\x3d-5029570160817150727', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
 | 
hits |  online
cerita | opini | blog
:: sekelumit catatan

Menulis adalah Perjuangan

Meskipun pengalaman ini saya alami kemarin, tapi tak apalah kalau saya baru menuliskannya di sini sekarang. Kemarin saya mengikuti seleksi Mahasiswa Berprestasi [MaPres; ada yang diplesetkan sebagai Mahasiswa Depresi XP] selama sehari penuh, dari jam 9 pagi hingga 6 sore, alhasil saya baru sampai di rumah malam jam 8. Benar-benar hari yang melelahkan, super stress hingga saya masuk angin dan tidak bisa kuliah hari ini. Walaupun saya nggak berhasil masuk 12 besar dalam penyisihan itu [dari 31 peserta, saya memegang nomor 31 XP], ada banyak hal yang dapat dijadikan pengalaman berharga saya, terutama dalam menulis.

Dalam penyisihan MaPres, saya menjalani tiga tes, yaitu tes prestatif atau kepribadian, tes karya tulis dan tes bahasa Inggris. Ketiganya mengambil objek makalah saya sendiri yang saya ajukan beberapa minggu lalu saat pendaftaran peserta. Tema yang diminta adalah etos kerja untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam pembangunan, diutamakan berkaitan dengan Yogyakarta. Saya menulis tentang Yogya zaman revolusi tahun '46, dengan merefleksikan mentalitas orang-orang zaman dulu dalam berjuang. Maksud saya, tanpa mentalitas yang teguh, etos kerja bakal menurun sehingga tidak ada daya saing dan pembangunan pasti terhambat. Apalagi di zaman sekarang yang begitu materialistis, saya memandang perlu untuk bercermin dari sejarah.

Selama sehari penuh saya menjalani tiga tes itu. Walaupun suasananya seperti sidang skripsi, namun saya mendapat banyak masukan dari para juri yang juga dosen-dosen fakultas. Pada tes prestatif, makalah saya dinilai menjabarkan sejarah dengan jelas, namun dari cara menulis terkesan terburu-buru. Ditanya pula opini saya jika Yogya dijadikan ibukota permanen, serta antusiasme saya mengikuti MaPres. Pada tes karya tulis, selama lima menit saya menjabarkan isi makalah, kemudian para juri memberikan penilaian yang cukup menyesakkan: tidak ada sistematika sehingga kurang terfokus dan kurang menarik secara ilmiah, masalah yang dibahas tidak menyinggung tema besarnya, bahkan dikatakan lebih cocok dimuat di koran daripada diajukan sebagai makalah ilmiah [damn..] -_- Pada tes bahasa Inggris, saya ditanya apa isi makalah saya dan pertanyaan subjektif salah satu juri yang bilang apa benar kita berjuang atau sekedar keberuntungan, setelah selama 350 tahun dijajah Belanda dan 3,5 tahun dijajah Jepang. Saya dalam hati tertawa, sambil menjawab bahwa saya memfokuskan masalah di masa Revolusi yang jelas-jelas menghadapi perang hingga dua kali. Tiga tes selesai jam 3 sore, saya kemudian menunggu hingga jam 6 untuk pengumuman dan akhirnya saya tahu saya tidak lolos seleksi bersama 18 peserta lainnya. Lebih dari separuh jumlah peserta gugur.

Kecewa? Jelas. Karena saya kelelahan lahir dan batin selama hari itu. Namun dari sini saya bisa mengerti bahwa menulis sebenarnya bukan pekerjaan gampangan. Menulis adalah bagaimana saya memperjuangkan tulisan saya sendiri di hadapan pembaca ataupun orang lain. Menyalurkan gagasan lewat tulisan yang sistematis dan ilmiah nggak segampang menulis secara populer; penulis harus bisa menempatkan tulisannya dalam suasana ilmiah atau populer. Dari tulisan pun orang bisa memahami bagaimana cara penulisnya berpikir dan berkepribadian. Selain itu, saya sadar bahwa hari itu adalah hari di mana saya 'berjuang' demi tulisan saya, sehingga apapun yang ditulis tidak bisa hanya sekedar menulis, karena penulis juga harus bisa mempertanggungjawabkan semua isinya.

Yah, rasanya memang seperti mempertaruhkan antara hidup dan mati saja. Walaupun hasilnya mengecewakan, saya jadi mendapatkan hal-hal yang baik untuk dijadikan pelajaran, terutama dalam menulis. Menulis mencerminkan kesabaran penulisnya dalam merangkai gagasan secara tertulis, sehingga wajar dia dibayar mahal untuk itu. Mungkin sejak saat ini, saya pasti akan tersinggung berat kalau ada orang sok tahu yang bilang kalau menulis itu pekerjaan gampang yang nggak perlu tahu gimana tekniknya.

Your pen is your sword.
Your paper is your battle field.
Then write now, because writing is your fighting.

Labels: , ,

~ 21 februari 2007 | 10:32 ~
:: jalan pintas