<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d4909163925600774906\x26blogName\x3d::+ada+Ri@Ni+::\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLACK\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://adariani.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3dnl_NL\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://adariani.blogspot.com/\x26vt\x3d-5029570160817150727', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
 | 
hits |  online
cerita | opini | blog
:: sekelumit catatan

Blup...blup...blup...

Banjir melanda Jakarta, untuk kesekian kalinya. Waktu menulis kalimat tadi, sebenarnya ada perasaan jangan-jangan orang sudah bosan membaca headlines di media massa yang juga menuliskan hal yang sama. Bukan ingin sombong, tapi alhamdulillah kawasan rumah saya termasuk yang beruntung tidak tersapu banjir. Karena kalau sampai banjir, bisa dipastikan Jakarta tenggelam. Mungkin juga bakal terjadi lagi hijrah pemerintahan dari Jakarta ke Yogyakarta. Well, who knows? :P Salam dari saya buat semua yang terkena musibah banjir, semoga Tuhan tetap melindungi kalian supaya tetap bersemangat mengatasi ujian ini.

Mudah-mudahan dari musibah ini Pemda DKI bisa mencurahkan sedikit waktu untuk membahas penanganan drainage kota ini. Oke, Jakarta tiap tahun memang kebanjiran, tapi masa kita berdiam diri saja? Tak adakah tindakan yang dapat dilakukan [kadang saya suka malu terhadap orang-orang terdekat saya yang bilang, "Ah, ngapain tinggal di Jakarta? Udah biaya hidup mahal, langganan banjir lagi!" Tapi toh masih ada saja kaum urban yang berdatangan hingga bikin Jakarta makin sesak ]? Mungkin Pemda harus minta blueprint dari Belanda tentang dokumentasi drainage kota Batavia tempo dulu, supaya tidak ada banjir tahunan dan siklus lima tahunan. Belanda sejak dulu memang ahlinya membuat kanal dan bendungan, termasuk pintu-pintu air yang masih ada di Jakarta.

Yang jelas, keledai saja tidak akan membuat kesalahan lebih dari dua kali.

Walaupun beruntung karena rumah tidak terendam banjir, namun dampak buruk buat saya adalah saya tidak bisa pergi ke mana-mana, termasuk ke kampus hari ini. KRL jurusan Jakarta-Bogor memang masih beroperasi berkat info dari teman yang ayahnya kepala stasiun Kota, namun orang tua saya tidak ingin mengambil risiko saya nggak bisa kembali pulang. Mau tak mau saya menurut, tapi hari ini mestinya adalah hari pertama kuliah semester VI. Awal semester ini merupakan awal yang paling nggak jelas karena saya nggak ngerti harus kuliah apa. Jadwal kuliah lewat internet juga nggak jelas, selain PA yang bersikap sebodo teuing.

Yang menyebalkan dari musim hujan adalah udara yang dingin, bikin hidung saya jadi bindeng bak orang pilek. Nafas juga jadi nggak lega. Musim jadi nggak menentu begini. Apa Jakarta sedang diruwat untuk membuang sial dan dosa para pejabat dan konglomerat yang korup lewat banjir? Wallahu alam.

Labels: ,

~ 05 februari 2007 | 12:36 ~
:: jalan pintas